Jumat, 15 November 2013

RESUME PANCASILA PCL 64
Pertemuan I ( tanggal 13 September 2013)
Judul : Nasionalisme dan Etnisitas
Disusun oleh : Alfido Fauzy Zakaria
Fakultas : FKIP
Program Studi : Pendidikan Fisika
NIM : 130210102110
Latar Belakang
1.      Mohammad Yusuf Malatoa dalam ensiklopedia suku bangsa di Indonesia menyatakan Indonesia terdiri atas 500 etnis suku bangsa yang tinggal di 17000 pulau.
2.      Abad 19 merupakan periode Nation State yang digagas sebagai sistem politik modern.
3.      Ernes Gelier : pembentukan nation state melalui proses serkularisasi nilai-nilai religius tradisi.
4.      Abad ke-21 exsistensi nation state memudar karena tidak membawa kebebasan bagi masyarakat etnis:
A.    Orde baru tidak berhasil melindungi hak-hak warganegaranya / kesejahteraan rakyatnya.
Contoh :
Masyarakat Indonesia seakan dikekang untuk tidak melawan pemerintah orde baru, dan apabila masyarakat atau seseorang berani melawan pemerintah, pemerintah akan bertindak tegas dengan melakukan pemburuan dan berakhir kehilangan anggota keluarga yang berani melawan pemerintah. Sehingga masyarakat tidak dapat mengekspresikan pendapatnya. 
B.       Orde baru tidak mengkoordinir masyarakat agraris dan bersekutu dengan pemilik / teknologi untuk mengeploitasi alam masyarakat adat.
Contoh :
Pada orde baru Indonesia mengeksploitasi banyak sekali sumberdaya alam Indonesia. Akantetapi tidak mengkoordinir masyarakat agraris untuk mengolahnya. Justru pemerintah bersekutu dengan pemilik teknologi untuk mengeksplotasinya. Sehingga masyarakat adat tidak menikmati sejengkal sumberdaya alam masyarakat adat.

5.      Dari penelitian yang di lakukan di Desa Puger, Jember Selatan terhadap koresponden petani dan nelayan dapat disimpulkan jika :
A.    Koresponden petani :
Ø  Memiliki kehidupan yang konstan, dibuktikan dengan tidak adanya perabot rumah tangga yang dijual.
Ø  Memiliki rasa pendidikan yang tinggi, dibuktikan dengan anak para petani yang senempuh pendidikan yang lebih tinggi daripada anak nelayan.
Ø  Memiliki anak yang sedikit daripada nelayan.
B.      Koresponden nelayan :
Ø  Memiliki kehidupan yang statis, dibuktikan dengan adanya perabot rumah tangga yang dijual pada waktu paceklik ikan
Ø  Memiliki rasa pendidikan yang kurang tinggi, dibuktikan dengan anak para nelayan yang senempuh pendidikan yang kurang tinggi daripada anak petani
Ø  Memiliki anak yang slebih banyak daripada petani


Ethnonasionalisme
(Paham Kebangsaan dengan sentimen etnis)

1.      Adanya kesamaan ( similarity )
Contoh : kesamaan warna kulit, kesamaan ras.
2.      Perasaan senasip ( common fate )
Contoh : kesamaan kemiskinan, kesamaan pernah dijajah bangsa asing.
3.      Kedekatan fisik ( proximity )
Contoh : kedekatan fisik kurang mendekati ideal.
4.      Musuh yang sama ( shared threat )
Contoh : negara kita memiliki musuh yang sama yaitu korupsi yang meraja lela.
5.      Motif yang bersifat utilitarian keuntungan bersama, pencapaian tujuan bersama

Gerakan kembali ke etnisitas di Indonesia

1.      Tuntutan pengakuan etnis dalam wujud negara merdeka
Contoh : Irian Jaya, Aceh, Timor Timur.
2.      Keinginan mempertahankan identitas etnis dan agama, serta antar kelompok.
Contoh :
Masyarakat Jawa yang seringkali mengunggulkan etnisnya karena mereka sendiri mengangkap ras jawa adalah ras yang paling maju dan unggul di Indonesia.  
3.      Perjuangan perlindungan hak-hak masyarakat adat terhadap eksploitasi sumber daya alam.
Contoh :
Masyarakat di pedalaman Pulau Kalimantan memasukkan hutan disekitar daerah tempat tinggalnya sebagai hutan adat. Sehingga siapasaja yang memotong pohon di sana diharuskan menanam 3 kali lipat jumlah pohon dari jumlah pohon yang ditebang. Hingga saat ini tradisi tersebut tetap terjaga dan hutan dapat terperihara serta tetap asri.

Solusi

1.      Nation state tidak bisa dibuang, tapi perlu pengelolaan kebudayaan etnis di dalamnya.
Nation state pasti tidak terpisahkan dari kehidupan tetapi perlu adanya keselarasan serta pengelolaan kebudayaan etnis di dalamnya agar kehidupan lebih baik dari sebulumnya.
2.      Konsep etnisitas perlu didekonstruksi dan direvitalisasi agar bisa menyerap nilai eksternal seperti demokrasi, perdamaian, inklusifitas, persamaan gender dan feodalisme.
ü  Dekonstruksi dan revitalisasi agar dapat menyerap demokasi
Pada daerah-daerah pelosok Indonesia sering kali mengesampingkan demokrasi, contohnya pada pemilihan kepala suku. Pada pemilihan kepala suku, kepala suku sering kali dipilh dengan turun temurun. Sehingga generasi muda yang bukan keturunan dari kepala suku yang sebelumnya tidak dapat menjabat menjadi kepala suku. Sangat disayangkan jika generasi muda yang bukan dari keteurunan kepala suku sebelumnya memiliki intelejensi yang super. Maka dari itu perlu adanya edukasi lebih lanjut terhadap daerah-daerah pelosok Indonesia tentang pentingnya demokrasi.
ü  Dekonstruksi dan revitalisasi agar dapat menyerap perdamaian
Dewasa ini perdamaian sulit diwujudkan, sebaliknya kekerasan justru yang merajalela. Demo mahasiswa saja seringkali berunjung kekerasan bukan aksi perdamian. Oleh sebab itu perlu adanya edukasi sejak dini terhadap anak agar pada jenjang dewasa anak dapat melakukan aksi perdamaian pada segala bidang.
ü  Dekonstruksi dan revitalisasi agar dapat menyerap inklusifitas.
Rasa inklusifitas sangat dibutuhkan pad tengah tengah masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya evaluasi terhadap masyarakat agar rasa inkusifitas dapat tercipta di tengah tengah masyarakat Indonesia.
ü  Dekonstruksi dan revitalisasi agar dapat menyerap persamaan gender.
Kaum hawa (wanita) seringkali dikesampingkan daripada kaum adam (pria). Seringkali kaum hawa tidak dapat menjadi pemimpin negeri ini. Sangat disayangkan jika kaum hawa memiliki intelejensi yang super. Seperti Ibu Kita Kartini, beliau yang seorang kaum hawa dapat memperjuangkan nama kaum hawa. Sehingga kaum hawa dapat bersekolah dan sampai saat ini nama beliau dapat harum dimana-mana. Maka dari itu kesamaan gender perlu ditanamkan agar para kartini-kartini dapat kembali bersinar seperti dulu.
ü  Dekonstruksi dan revitalisasi agar dapat menyerap feodalisme
Feodalisme adalah sistem sosial atau politik yg memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan atau sistem sosial yg mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja. Tidak dapat kita pungkiri Indonesia dapat menjadi kekaisaran jika feodalisme diterapkan. Maka dari itu perlu adanya revitalisasi terhadap feodalisme di Indonesia.


3.      Hentikan pendekatan militeristik dalam menyikapi semangat ethonasionalisme.
Pada waktu keperintahan Presiden ke-2 Indonesia, pendekatan militeristik seringkali digunakan untuk menyikapi semangat ethonasionalisme sehingga sempat terjadi pembunuhan misterius. Hal tersebut jelas bergesekan dengan hak asasi manusia. Jika pendekatan militeris masih digunakan, Indonesia bisa bergejolak seperti negeri Suriah. Maka dari itu pendekatan militeristik perlu dihentikan.

4.      Perlu proses dialogis dan keadilan ekonomi.
Ø Kita memerlukan proses dialogis atau bersifat terbuka dan komulatif (menurut kamus besar Bahasa Indonesia. Keterbukaan sangatlah penting kita lakukan agar tidak ada kecurigaan di antara masyarakat terhadap anggaran belanja negara. Jika negara kita sudah tidak ada lagi keterbukaan maka dapat menimbulkan gejolak masyarakat yang pernah terulang di masa lampau. Oleh karena itu kita memerlukan proses dialogis.
Ø Selain itu kita memerlukan perubahan sekarang juga pada keadilan ekonomi. Kita bisa lihat sendiri negara tercinta kita, Indonesia masih dilingkupi rasa ketidakadilan ekonomi sehingga kemiskinan terjadi dimana-mana. Di sisi lain orang yang kaya makin kaya  dan sebaliknya yang miskin makin miskin. Sehingga Indonesia dalam kondisi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia masih sulit terwujud. Maka perlu adanya keadilan ekonomi di Indonesia.

5.      Mengingatkan bahwa proses bercarai belum tentu menguntungkan masyarakat etnis.